Dari judul itu bisa dilihat bahwa uraian Coser terhadap konflik bersifat fungsional dan terarah kepada pengintegrasian teori konflik dan teori fungsionalisme struktural. Tetapi sebetulnya kalau ia mau konsekuen dengan usahanya itu, maka ia juga harus menguraikan akibat-akibat dari keteraturan (order) terhadap konflik atau ketidakseimbangan. Misalnya, penekanan yang terlalu banyak terhadap peraturan bisa menimbulkan ketidakstabilan. Pemerintahan yang totaliter, misalnya, sekalipun menekankan aturan yang ketat bisa menimbulkan ketidakstabilan di dalam masyarakat. Sayang, Lewis Coser tidak sempat mendalami aspek-aspek itu.
Salah satu hal yang membedakan Coser dari pendukung teori konflik lainnya ialah bahwa ia menekankan pentingnya konflik untuk mempertahankan keutuhan kelompok. Padahal pendukung teori konflik lainnya memusatkan analisa mereka pada konflik sebagai penyebab perubahan sosial. Lewis Coser menyebutkan beberapa fungsi dari konflik, yakni:
- Konflik dapat memperkuat solidaritas kelompok yang agak longgar. Dalam masyarakat yang terancam disintegrasi, konflik dengan masyarakat lain bisa menjadi kekuatan yang mempersatukan. Dalam hal ini, ia sebetulnya mengembangkan apa yang sudah dikatakan oleh Georg Simmel sebelumnya. Misalnya: Negara Indonesia pada masa Soekarno dengan politik "Ganyang Malaysia" atau penciptaan label-label pada masa Orba, seperti PKI, Subversif, GPK.
- Konflik dengan kelompok lain dapat menghasilkan solidaritas di dalam kelompok tersebut dan solidatas itu bisa menghantarnya kepada aliansi-aliansi dengan kelompok kelompok lain. Konflik yang berkepanjangan antara Israel dan negara-negara Arab telah menyebabkan Israel menjalin kerjasama yang begitu erat dengan Amerika Serikat. Bisa saja terjadi bahwa kalau perdamaian jangka panjang antara negara-negara Arab dan Israel tercapai, maka ikatan antara Israel dan Amerika menjadi kendur.
- Konflik juga bisa menyebabkan anggota-anggota masyarakat yang terisolir menjadi berperan secara aktif. Misalnya, sesudah mahasiswa memprotes rezim orde baru pada awal kehancurannya banyak orang tampil ke depan dan dianggap sebagai pejuang reformasi. Tidak sedikit tokoh yang barangkali tidak dikenal sebelumnya tetapi berperan aktif pada masa peralihan itu.
- Konflik juga bisa berfungsi untuk berkomunikasi. Sebelum terjadinya konflik, anggota-anggota masyarakat akan berkumpul dan merencanakan apa yang akan dilakukan. Lewat tukar-menukar pikiran itu mereka bisa mendapat gambaran yang lebih jelas akan apa yang harus dibuat entah untuk mengalahkan lawan ataupun untuk menciptakan perdamaian.
Secara teoritis, fungsionalisme struktural dan teori konflik kelihatan bisa diperdamaikan dengan menganalisa fungsi-fungsi dari konflik sebagaimana diuraikan oleh Lewis Coser ini. Tetapi harus diakui bahwa dalam banyak hal, konflik juga menghasilkan ketidak-berfungsian, atau disfungsi. Artinya, fungsi-fungsi yang disebutkan oleh Coser itu tidak seberapa dibandingkan dengan ketidakstabilan atau kehancuran yang disebabkan oleh konflik itu.
Sumber : Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka. Hlmn : 82-84.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar